Waste management in Indonesia faces significant challenges, including high waste production and limited management facilities. Most waste still ends up in landfills. Efforts such as reducing single-use plastics, community-based management, and recycling programs are being implemented. However, public awareness and adequate infrastructure still need to be improved continuously.
Resiko Pengelolaan Sampah di Indonesia
Risiko pengelolaan sampah di Indonesia cukup berbahaya, seperti pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan masyarakat, dan banjir akibat saluran tersumbat sampah. Sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat mencemari air, tanah, dan udara, serta memperparah perubahan iklim. Masalah ini membutuhkan solusi segera untuk mencegah dampak jangka panjang yang serius.
Beberapa regulasi pengelolaan sampah di Indonesia, seperti Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sering kurang efektif karena lemahnya implementasi dan penegakan hukum. Kurangnya pengawasan, minimnya fasilitas daur ulang, serta rendahnya insentif untuk mengurangi sampah plastik membuat tujuan regulasi sulit tercapai. Edukasi masyarakat juga masih kurang optimal.
Pengelolaan sampah di Singapura jauh lebih maju dibandingkan Indonesia. Singapura memiliki sistem yang terintegrasi, seperti pemilahan sampah, insinerator modern, dan fasilitas daur ulang yang efektif. Sementara itu, Indonesia masih bergantung pada tempat pembuangan akhir (TPA) dan minim infrastruktur. Tingkat kesadaran masyarakat Singapura juga lebih tinggi dalam mendukung pengelolaan sampah, berkat regulasi ketat dan edukasi berkelanjutan. Untuk mencapai tingkat seperti Singapura, Indonesia perlu meningkatkan infrastruktur, regulasi, dan edukasi masyarakat.